Wednesday, February 01, 2006

Symbian OS: Sistem Operasi Ponsel Pintar

Teknologi komunikasi bisa dikatakan berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan ini bisa dilihat bukan hanya dari segi desain tampilan yang makin mungil dan manis, tetapi juga berkembang di sisi kemampuannya yang semakin pintar.

Setiap produk diciptakan untuk segmen pasarnya sendiri. Para pengguna profesional atau kalangan bisnis yang punya banyak kesibukan pastinya membutuhkan ponsel pintar dengan segala macam fitur yang bisa mendukung aktivitasnya.

Nah, sama seperti komputer, ponsel-ponsel high-end masa kini juga bisa mendukung berbagai kegiatan, bukan sekadar untuk bertelepon atau ber-SMS saja. Sama seperti mesin komputer, banyak ponsel-ponsel high-end masa kini juga dilengkapi dengan sebuah sistem operasi yang pintar, Symbian OS salah satunya.

Berbagai Macam Sistem Operasi Ponsel

Ponsel yang penuh dengan fitur-fitur dan aplikasi pengolah data dan manajemen data sepertinya sudah menjadi kebutuhan primer masyarakat pengonsumsi teknologi. Bahkan kalau bisa, segala fungsi komputer dipindahkan dalam sebuah ponsel – banyak fitur dalam satu genggaman. Smartphone alias ponsel yang pintar, yang bisa menyuguhkan berbagai aplikasi seperti e-mail, Internet, faks, hingga game, juga makin banyak dilirik masyarakat.

Seperti sistem operasi pada PC, sistem operasi untuk ponsel pun dibuat sedemikian rupa agar bisa tampil lebih stabil, walaupun hanya dengan memori yang terbatas. Masalah memori rasanya sudah tidak menjadi masalah saat ini karena sudah ada banyak produk kartu memori yang bisa diandalkan sebagai memorieksternal (tambahan).

Sistem operasi di ponsel juga mengatur keseluruhan perangkat ponsel. Seperti pada PC, kita bisa melakukan banyak tugas dalam sebuah ponsel pintar – membuka SMS, mendengarkan radio, melakukan streaming, atau mencari nomor telepon teman pada phonebook. Sistem operasi pada ponsel pintar sudah bersifat multitasking dan realtime. Dan yang paling penting, penggunanya bisa melengkapi ponselnya dengan berbagi fungsi baru.

Ada berbagai sistem operasi yang selama ini telah diterapkan dalam ponsel – Windows CE (versi pendahulu dari Pocket PC), Palm OS, Embedded Linux, Pocket PC, dan Symbian OS. Symbian OS adalah sebuah sistem operasi standar yang berlisensi, dan didesain untuk mendukung ponsel-ponsel pintar berteknologi 2G, 2,5G dan 3G. Symbian sendiri sebenarnya adalah perusahaan patungan yang didirikan oleh Nokia, Motorola, Ericsson, Matsushita, dan Psion. Produk sistem operasi yang dikeluarkannya, Symbian OS namanya, banyak digunakan dalam produk communicator dan smartphone. Saat ini, Symbian OS berada di peringkat pertama untuk sistem operasi pada ponsel pintar.

Fitur-Fitur dalam Symbian

Platform Symbian bersifat terbuka, aplikasinya dibuat dengan bahasa pemrograman C++, Java, atau Visual Basic. Sistem operasi ini merupakan sistem operasi yang multitasking, yang didesain untuk bekerja di lingkungan wireless. Cara kerjanya berbasis IP (Internet Protocol), mendukung fitur komunikasi dan messaging yang terintegrasi. Selain itu, Symbian OS juga mendukung manajemen data, dan tampilan grafis yang indah - tak heran jika Symbian dikatakan sebagai sistem operasi bagi teknologi telekomunikasi masa depan.

Ada beberapa fitur penting yang dipastikan bisa diperoleh dari sebuah Symbian OS. Symbian OS memungkinkan pengguna ponsel pintar untuk mengontrol sistemnya – pengguna bisa mengatur alamat-alamat kontak pada phonebook-nya, mengatur jadwal kegiatan, berkirim pesan teks maupun pesan multimedia, dan melakukan browsing.

Untuk melakukan browsing, pengguna ponsel bisa mengakses situs Web melalui browser WAP (Wireless Application Protocol). Sedangkan untuk akses multimedia, pengguna ponsel bisa dengan bebas melakukan streaming. Penggunanya juga bisa melakukan akses antarponsel untuk saling berkirim data. Pengiriman data ini bisa dilakukan melalui fitur Infrared atau Bluetooth yang terdapat pada ponsel.

Komponen Symbian OS

Sistem operasi ini terdiri dari 6 komponen utama – kernel, middleware, application engine, User Interface Framework, Synchronization, dan JVM (Java Virtual Machine). Sama seperti sistem operasi lain, Symbian OS juga terdiri dari kernel yang merupakan inti dari sistem operasi.

Kernel pada Symbian terdiri dari device driver, tabel data, dan program-program yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan perangkat keras ponsel. Tapi, berbeda dari sistem operasi lain, Symbian berbasis microkernel – hanya elemen-elemen penting yang terletak pada kernel, sedangkan aplikasi lainnya diletakkan pada middleware. Ukuran kernel Symbian berkisar antar 500KB hingga 15MB, tergantung pada apa saja aplikasi yang diinstal pada ponsel.

Middleware terdiri dari library, data storage, dan program yang mengimplementasi sistem layanan pada ponsel. Application engine memiliki tugas untuk mengakses aplikasi-aplikasi yang terdapat pada ponsel. User Interface Framework merupakan bagian yang langsung berhadapan dengan pengguna ponsel.

Pada Symbian OS, user interface disuguhkan dalam tampilan yang mudah dimengerti oleh para penggunanya. Proses sinkronisasi diperlukan pada saat sebuah device (ponsel) ingin melakukan inisialisasi koneksi antar-device dan mendeteksi jika ada device lain yang ingin melakukan koneksi. Yang terakhir adalah JVM. JVM merupakan salah satu komponen dalam Symbian yang berperan penting dalam implementasi teknologi Java seperti J2ME (Java 2 Platform Micro Edition).

Saat ini, sudah banyak vendor ponsel yang memanfaatkan Symbian sebagai basis sistem operasi produk mereka, namun yang tercatat paling banyak menggunakan Symbian dalam produk-produk ponsel kelas atasnya adalah Nokia.

(Restituta Ajeng Arjanti, PCplus, Oktober 2005)

Apa Kabar PDA?

PDA alias Personal Digital Assistant, merupakan produk mini yang sedikit banyak mampu menggantikan tugas sebuah PC. Tampil dengan ukuran mungil, masih bisa untuk digenggam, sebuah PDA menawarkan fleksibilitas dan mobilitas tinggi.

Ada berbagai macam sistem operasi yang ditanam dalam berbagai tipe PDA –misalnya Microsoft Pocket PC, Palm, atau Linux. Perbedaan mendasar dari dukungan sistem operasi yang diusung oleh mereka, utamanya, tampak jelas pada antarmuka yang ditampilkan. Fitur dan berbagai aplikasi yang bisa diinstal ke dalamnya pun berbeda, namun umumnya memiliki fungsi yang sama.

Ada banyak negara yang menjadi target pasar penjualan PDA, terlebih lagi di saat seperti sekarang ini, saat di mana masyarakat dengan tingkat mobilitas tinggi mencari pengganti PC sebagai asisten pribadi yang bisa dibawa ke mana-mana. Sebut saja pasar Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Asia Pasifik –negara-negara maju yang bersahabat dengan teknologi, semua masuk dalam target penjualan PDA. Bahkan Indonesia pun dianggap sebagai pasar yang prospektif untuk penjualan perangkat genggam nan canggih tersebut.

Tergeser Smartphone

Meski PDA merupakan produk yang cukup populer, namun sudah cukup lama pula, penjualannya mengalami sedikit hambatan. Di pasar dunia, fenomena makin menyempitnya pasar PDA bukanlah hal yang baru. Dimulai pada tahun 2002, menurut data dari International Cata Corp (IDC) penjualan PDA di wilayah Asia Pasifik sudah mengalami penurunan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2001. Hal tersebut khususnya terjadi di Cina dan Korea, dau negara yang bisa dikatakan sebagai pasar tersebesar PDA.

Salah satu kasus adalah mulai ditariknya PDA-PDA dari pasar Amerika. Sebagai satu contoh berita menarik dilansir oleh The Register, Selasa lalu (19/10). Dikabarkan bahwa Sharp menarik produk PDA berbasis Linux miliknya, yang dinamai Zaurus, keluar dari Amerika –salah satunya adalah yang bertipe tipe SL-6000.
Anehnya, perangkat genggam yang dlengkapi dengan teknologi Wi-Fi tersebut baru beredar di Amerika selama kurang lebih lima bulan, terhitung sejak bulan April yang lalu. Sebelumnya, Sharp telah memutuskan lebih dulu penjualan produk Zaurusnya di daerah Eropa, yaitu sejak tahun 2003.

Rupanya Sharp ingin konsen ke pasar Jepang, bersaing dengan Sony dan Toshiba. Bahkan Sharp telah merilis Zaurus berdesain clamshell (flip). Tipe tersebut adalah SL-C3000. Dilengkapi dengan sebuah hard drive terintegrasi, rencananya PDA tersebut bakal dilempar khusus untuk pasar Jepang.

Zaurus SL-C3000 mengusung prosesor Intel Xscale PXA270 416MHz, dan dilengkapi dengan memori 64MB SDRAM, dan 16MB Flash ROM. Kapasitas hard drive yang disertakan di dalamnya adalah sebesar 4GB, bisa dikatakan sangat besar untuk sebuah perangkat genggam. Sayangnya, PDA tersebut hanya mendukung port infrared untuk koneksi datanya, minus teknologi Wi-Fi.

Apa kiranya yang menyebabkan penjualan PDA terus merosot? Salah satu alasannya adalah kemunculan ponsel-ponsel pintar alias smartphone. Dari penelitian yang dilakukan oleh IDC, diperoleh hasil bahwa satu setengah tahun belakangan ini, turunnya penjualan PDA berhasil mempengaruhi beberapa vendor untuk mempersempit pasar penjualan produknya. Hasil tersebut tampak dari tingkat penjualan PDA di kuarter ketiga tahun ini yang turun sebanyak 8,7 persen dibandingkan dengan tingkat penjualan pada kuarter ketiga tahun lalu.

Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan –rupanya fungsi PDA mulai tergeser oleh smartphone dan PDA phone yang sudah pasti menawarkan fungsi yang lebih banyak ketimbang PDA biasa, PDA tanpa fungsi komunikasi seperti pada ponsel.

Kita sudah mengenal berbagai nama yang bisa dikatakan sebagai pionir di bidang teknologi komunikasi. Kita bisa menyebut nama PalmOne, Sony, Dell, Mitac, O2 dan Hewlett Packard (HP) sebagai produsen PDA ternama, atau menyebut nama Nokia, Sony Ericsson, dan Motorola sebagai manufaktur ponsel yang juga memproduksi smartphone.

Di kelas PDA, PalmOne masih duduk di perangkat pertama dunia yang meraih jumlah pangsa sebesar 34,7 persen dari keseluruhan pasar. Setelah PalmOne, HP dengan iPAQ non-ponselnya duduk di peringkat kedua. Dell menempati posisi ketiga, Mitac di posisi keempat, dan Sony di posisi terakhir di daftar lima besar manufaktur PDA dunia.
Sebelumnya, Sony duduk pada posisi ketiga untuk pasar penjualan PDA. Namun karena penjualan produk PDA-nya menurun tajam hingga 81,5 persen pada kuarter ketiga tahun ini, posisi Sony kini berada di urutan kelima. Mungkin karena itu jugalah, Sony kemudian menarik produk-produknya dari pasar dunia dan berniat untuk berfokus di pasar Jepang saja.

Bagaimana dengan pasar PDA di Indonesia? Di sini, penggunaan perangkat genggam dengan fungsi PDA bisa dikatakan sudah menjadi hal yang wajar. Bukan hanya kalangan profesian dan pelaku bisnis yang menggunakan PDA, kalangan masyarakat kampus (mahasiswa) pun sudah banyak yang menggunakannya.

PDA menjadi begitu populer, terutama bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer. Tak heran jika pasar PDA Indonesia dikatakan prospektif –ada harapan untuk bisa meningkat tajam. Meski begitu, ada beberapa pertimbangan yang mengarah ke tren berlaku pada kondisi pasar PDA kita. Pertama adalah teknologi dan fungsi, dan kedua adalah bentuknya.

Ada anggapan, perangkat genggam tanpa kemampuan berkomunikasi adalah perangkat yang kurang menarik. Daripada membeli sebuah PDA, apalagi yang memiliki kemampuan standar, lebih baik kita membeli sebuah smartphone –selain bisa dipakai sebagai partner bekerja, juga bisa digunakan untuk bertelepon. Tambahan lagi, ponsel-ponsel pintar dan PDA phone yang banyak beredar saat ini sudah dilengkapi fitur-fitur memikat sebagai nilai tambah, seperti kamera misalnya. Apalagi sih, yang diinginkan oleh para pengguna mobile, selain semua itu?

Untuk model, berhubung barang teknologi sudah menjadi komoditi fesyen, orang banyak mencari produk yang bentuk yang manis dan tipis. PDA-PDA model lama umumnya memiliki bentuk yang tebal, dan bobot yang lumayan –terasa di kantong. Sedangkan sekarang, sudah banyak smartphone yang menawarkan fungsi PDA hadir dalam bentuk yang lerbih langsing dan manis, pun muncul PDA-PDA phone yang multifungsi. Lirikan para pengguna teknologi ke arah PDA standar rasanya akan berpindah ke kedua produk saingan PDA –smartphone dan PDA phone.

Smartphone VS PDA Phone

Banyak orang mulai malas harus membawa dua perangkat genggam yang berbeda untuk menyimpan kontak-kontak personalnya –dalam hal ini ponsel dan PDA. Kalau ada yang memiliki dua fungsi dalam satu alat, plus tambahan fitur menarik seperti kamera, kenapa harus membeli yang terpisah?

Aplikasi utama yang harus hadir dalam sebuah PDA atau ponsel pintar adalah aplikasi PIM (personal information management). Tanpa fasilitas tersebut, sebuah perangkat genggam tak bisa disebut sebagai smartphone atau PDA. Vendor-vendor yang memiliki fitur PIM yang standar, umumnya bakal kalah bersaing di pasaran.

Perlu diingat, pengguna PDA, yang kebanyakan adalah kaum profesional, bukan hanya mencari fitur buku alamat yang bisa menampung banyak nama kontak, fungsi kalender, atau notepad pada perangkat pintarnya. Mereka pun mencari fungsi e-mail, fungsi pencatatan, koneksi ke Internet melalui browser yang mendukung, serta aplikasi untuk presentasi. Dengan teknologi yang ada saat ini, bahan presentasi bisa dibuat pada PDA, dan untuk membawakannya, PDA bisa langsung dihubungkan pada PC atau notebook melalui kabel yang mendukung atau aplikasi lain semacam Bluetooth.

Di Indonesia sendiri, terlebih tiga bulan belakangan ini, berbagai vendor melempar produk baru ponsel pintar dan PDA-nya ke pasar. Dimulai dari Sony Ericsson yang meluncurkan smartphone seri P terbaru andalannya, P910i, diikuti oleh Hewlett Packard yang meluncurkan PDA phone iPAQ seri 6365-nya, lalu Nokia membuat heboh pasar telekomunikasi dengan Communicator barunya, Nokia 9500, dan terakhir adalah O2 dengan PDA phone Xda IIs berwarna hitamnya. Motorola pun, di bulan Desember bakal merilis seri terbaru dari smartphone berbasis sistem operasi Microsoft-nya, MPX220 yang notabene adalah adik si MPX200.

Harga produk-produk tersebut cukup kompetitif. Mahal, sudah pasti, namun wajar untuk fitur-fitur dan keunggulan yang ditawarkan. Karena itu, besar kemungkinan PDA standar akan kehilangan daya tariknya, sedangkan bendera smartphone serta PDA phone makin berkibar di pasar Indonesia.

(Restituta Ajeng Arjanti, PCplus, Oktober 2005)

Internet Telephony,
Cara Irit Bertelepon Via Internet


Pertama yang mulai populer di Indonesia adalah Skype, lalu disusul oleh Yahoo! Messenger With Voice dan Google Talk –semua mengusung teknologi komunikasi berbasis Voice over Internet Protocol (VoIP).

Komunikasi bebasis VoIP jelas digemari oleh banyak orang, khususnya para pengguna Internet, karena menawarkan banyak kelebihan. Yang pertama, pastinya, adalah dari segi ekonomi. Percakapan telepon ke luar negeri memakan biaya yang sangat mahal, bahkan untuk pembicaraan yang singkat. Dan dengan VoIP, percakapan itu istilahnya bisa dilakukan cuma-cuma, jika si pengguna telah membayar akses Internet-nya.

Dipopulerkan Skype

Di Indonesia, Skype bisa dibilang sebagai aplikasi yang memopulerkan VoIP di kalangan pengguna Internet. Dengan Skype, siapa saja, melalui PC yang memiliki akses Internet, bisa menelpon temannya yang juga terkoneksi dengan Internet. Dan yang menyenangkan dari aplikasi ini adalah harganya yang gratis.

Setelah Skype, muncul Google Talk yang hingga kini masih berversi beta dan Yahoo Messenger with Voice alias Yahoo Messenger versi 7.0. Dengan Yahoo Messenger with Voice, para pengguna Yahoo Messenger (YM) bisa saling berkomunikasi suara dengan pengguna YM lainnya, tentunya jika mereka menggunakan versi terbaru dari aplikasi Instant Mesaging (IM) tersebut. Modalnya hanya speaker dan microphone.

Fitur Tambahan pada IM

Tampilan Google Talk beta masih sederhana –didominasi warna putih khas Google. Aplikasi IM versi Google ini, sama seperti Yahoo Messenger, juga terintegrasi dengan aplikasi e-mail client berbasis Web-nya. Fitur VoIP memang menjadi fitur tambahan yang kesannya ‘wajib ada’ pada aplikasi IM.

VoIP bisa berupa perangkat keras atau peranti lunak, seperti telepon IP dan Skype. Umumnya, perangkat keras VoIP dilengkapi dengan peranti lunaknya sekaligus. Dengan perangkat VoIP, pengguna bisa menggunakan Internet sebagai media perantara untuk melakukan panggilan telepon.

Keuntungannya, para pengguna akses Internet tidak membutuhkan biaya ekstra untuk bertelepon –cukup hanya membayar akses Internet, biaya berteleponnya gratis, sama gratisnya seperti akses e-mail-nya. Intinya adalah eksploitasi bandwidth secara maksimal.

Selain Skype, Yahoo! Messenger with Voice, dan Google Talk, masih ada banyak aplikasi VoIP lain yang bisa dicoba. Contohnya adalah CoolTalk dan NetMeeting. Telepon VoIp bisa diintegrasikan dengan berbagai fitur yang ada di Internet, termasuk fitur pengiriman dan penerimaan pesan secara paralel dengan percakapan suara yang dilakukan. Hal ini bisa kita lihat pada aplikasi IM macam Yahoo Messenger versi terbaru dan Google Talk versi beta.

Bicara Itu Gratis, Tapi Butuh Bandwidth Besar

Talk is cheap”, kata orang. Tapi Google merupakan salah satu yang memperkenalkan istilah “talk is free”. Ya, kalau bisa bicara gratis, kenapa masih pakai layanan yang berbayar?

Sebenarnya, VoIP sendiri tidaklah gratis karena penggunanya masih harus membayar biaya akses Internet. Tapi biaya yang dikeluarkan untuk akses Internet tidak sebesar biaya yang diperlukan untuk menelpon teman atau kerabat, terutama yang berada di luar negeri.

VoIP bisa diimplementasikan di jaringan Internet mana saja, bahkan yang bandwidth-nya kecil sekalipun. Risiko bandwidth yang kecil ini adalah suara yang terdengar terputus-putus, alias koneksi yang tidak jernih.

Masalah yang paling sering terjadi pada koneksi VoIP ada pada mekanisme pengiriman paket data yang lelet. VoIP bisa dikatakan sama seperti streaming, butuh bandwidth besar untuk bisa menikmati asyiknya ngobrol online dari PC. Jika bandwidth yang tersedia tidak mencukupi, sebaiknya katakan selamat tinggal pada VoIP. Namun, dengan bandwidth yang memadai, aliran data streaming bisa dilakukan tanpa interupsi, dan bisa dilakukan secara kontinyu hingga datanya habis. Jadi, tidak ada risiko kehilangan potongan paket suara yang dikirim ke PC penerima.

VoIP di Jaringan Nirkabel

VoIP, scara sederhana bisa dibayangkan sebagai bertelepon via PC, dengan medium akses Internet. Modal utama bertelepon menggunakan IP adalah akses Internet, speaker, dan microphone.

Aplikasi Voice over IP (VoIP) mulai menjamur dan banyak digunakan, teknologi komunikasi pun mulai berkembang ke arah mobile, di mana teknologi jaringan nirkabel (Wi-Fi) disatukan dengan teknologi selular.

Setelah sukses dengan jaringan kabel, VoIP hampir bisa dipastikan bakal merambah dunia Wi-Fi, meskipun membutuhkan waktu yang tak singkat. Ada beberapa teknologi nirkabel baru yang akan dikembangkan untuk mendukung teknologi VoIP Wi-Fi, di antaranya adalah standar teknologi jaringan 802.11r dan 802.11s. Menurut perkiraan, seperti yang dilansir oleh majalah Internet Telephony, standar baru ini baru akan selesai dikembangkan pada akhir tahun ini, atau awal tahun 2006 nanti.

(Restituta Ajeng Arjanti, PCPlus, Oktober 2005)