Sunday, January 11, 2009


Braincode Solution: Orisinalitas, Kunci Sukses Berbisnis Konten


Oleh: Restituta Ajeng Arjanti

Di tengah maraknya bisnis layanan konten, hanya ada beberapa nama provider yang tampak menonjol kiprahnya. Salah satunya adalah Braincode Solution.

Digagas oleh empat sekawan—Ari Sudrajat, Anton Nasser, Herjuno Wahyu Aji, dan Agung Saptono—perusahaan penyedia konten ini berdiri pada tahun 2004. Awalnya mereka memulai bisnis sebagai content developer dan membuat mobile game untuk dijual. Setelah berhasil melahirkan lebih banyak game dan mobile comic, barulah mereka mengarahkan Braincode Solution menjadi sebuah content provider.

Content is the King

Modal awal untuk memulai usaha ini tidak banyak, sekitar 50 juta rupiah, aku CEO Braincode Solution Ari Sudrajat. Meski begitu, bukan hanya uang yang diperlukan untuk merintis usaha tersebut. Mereka juga mengandalkan keterampilan teknis terutama dalam bidang mobile, kreativitas untuk menciptakan produk, ilmu desain grafis, musik, dan animasi, serta pengetahuan dasar di bidang marketing dan manajemen.

Kenapa memilih untuk fokus di jalur bisnis konten? Ditanya begitu, Ari menjawab, “Kami melihat secara jangka panjang, content is the king. Apapun medianya, mau televisi, radio, ponsel, semua perlu konten yang bagus. Yang diinginkan oleh masyarakat bukan TV-nya, bukan radionya, bukan ponselnya, tapi kontennya. Jika kontennya menarik, orang dengan mudah dapat berpindah media”.

Kreativitas jelas dituntut dari BrainCode untuk tetap tampil di jagat konten, apalagi mereka punya banyak kompetitor. Bentuk kreativitas mereka bisa dilihat dari keberagaman produk yang telah mereka ciptakan. “Kami memiliki ribuan produk dari berbagai kategori seperti Java games, ringtone, true tone, picture message, logo operator, wallpaper, mobile comic, SMS premium, dan SMS berlangganan", Ari menjelaskan. Yang menarik, Braincode menonjolkan orisinalitas dalam karya-karyanya.

Agar tampil beda dan tidak “pasaran”, Braincode menciptakan konten-kontennya sendiri. Sebagai informasi, banyak perusahaan kompetitor yang hanya berlaku sebagai reseller, mereka memasarkan produk pihak lain. Jadi, jangan heran kalau produk mereka bisa sama dengan produk dagangan provider lain.

Masuk ke dunia mobile, BrainCode sudah bekerja sama dengan beberapa operator populer di Tanah Air, yakni Telkomsel, XL, Indosat, TelkomFlexi, Esia, 3, dan Smart. Selain mobile game, mobile comic termasuk konten yang diminati karena menarik dan menampilkan cerita-cerita lucu. Ari mengaku, inspirasi cerita untuk membuat mobile comic bisa datang dari mana saja.

Belajar dari Kegagalan


Memulai sebuah bisnis baru bukan hal yang mudah. Kalau mudah patah arang, alamat bisnis sulit berkembang atau malah putus di tengah jalan. Beragam kegagalan juga sudah pernah Ari dan kawan-kawannya alami. Contohnya promosi yang gagal. Uang yang keluar sudah banyak, tapi hasilnya sedikit. Contoh lain, mereka sudah membuat konten yang sulit dengan biaya yang besar, namun tidak mencapai break even point.

“Untungnya tidak sampai bangkrut, sih”, kelakar Ari. “Tapi yang jelas, menurut saya gagal itu perlu dalam merintis bisnis, sebagai pembelajaran”, lanjutnya. “Kalau tidak berani gagal, kan artinya tidak bakal berani mencoba hal yang baru.”

Gagal di satu tempat tidak berarti gagal di tempat lain. Itulah yang membuat Braincode kembali bangkit. Beberapa bukti keberhasilan BrainCode dapat dilihat dari kemenangan mereka meraih penghargaan sebagai Content Provider dengan Best Content di ajang Telkomsel Award 2005. Selain itu, berkat aplikasi MobileTTS ciptaan mereka, posisi juara ke-2 di ajang Cellular Award juga pernah mereka raih.

Melihat perkembangan dunia selular yang kian pesat—tak hanya di Tanah Air, tapi juga secara global—Ari optimis dengan pertumbuhan bisnisnya. Ia mengaku hingga kini bisnisnya itu terus berkembang dengan bagus, sayang ia enggan menyebut angka.

Artikel ini ditulis untuk QBHeadlines.com.

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home