Sunday, August 21, 2005

EDGE: Pembuka Jalan Tol 3G (3G - 2)

Teknologi ini disebut-sebut sebagai solusi kemacetan di jalur selular masa kini. EDGE, singkatan dari Enhanced Data Rates for GSM Evolution, merupakan evolusi dari teknologi GPRS (General Packet Radio Services). Yang ditawarkan olehnya sudah pasti lebih banyak ketimbang yang ditawarkan oleh GPRS. Utamanya adalah dalam hal kecepatan akses dan transfer data –EDGE tiga kali lebih kencang ketimbang GPRS.

Orang-orang, khususnya kaum techy yang sibuk dan harus selalu mobile, pastinya memiliki kebutuhan akan komunikasi dan akses informasi yang instan. Daripada naik tangga, mendingan naik eskalator. Daripada naik eskalator, mendingan naik lift. Toh ada teknologi yang lebih baik.

GPRS yang secara teori diklaim punya kecepatan akses sekitar 115 kbps (kilobyte per seken), umumnya hanya mampu berjalan dengan kecepatan maksimal sekitar 53 kbps –dengan kecepatan rata-rata untuk browsing 20-30 kbps. Sedangkan EDGE, secara teoritis, yang diklaim memiliki kecepatan akses hingga 470 kbps, hanya memiliki kecepatan maksimal sekitar 237 kbps, dengan kecepatan rata-rata untuk browsing 80-130 kbps.

Meskipun angkanya tak sesuai dengan teori, tetap EDGE lebih unggul ketimbang GPRS. Tambah lagi, jumlah data yang bisa ditampung oleh EDGE di jalur selular, juga jauh lebih besar ketimbang GPRS.

EDGE Si Generasi 2,75

Yang terpenting adalah kecepatannya. Dulu, orang bermimpi untuk bisa mengakses Internet dengan ponselnya. Praktis, cepat, bisa dilakukan kapan saja di mana saja. Teknologi pun berkembang. Ponsel kini tak ubahnya seperti PC, bisa jadi teman bekerja. Ponsel pun bisa disulap menjadi modem -bisa dihubungkan dengan PC- dan dipakai untuk mengakses Internet.

Jika GSM digolongkan sebagai teknologi komunikasi generasi kedua (2G), GPRS dikenal sebagai generasi ke 2,5 (2,5G). EDGE yang notabene adalah pengembangan dari GPRS rupanya belum dianggap sebagai teknologi generasi ketiga. EDGE masih disebut sebagai generasi ke 2,75 (2,75G), pintu menuju jalan tol 3G –jalur selular yang anti macet.

Menurut Yoseph Garo, General Manager Technology & Strategic Network PT Telkomsel, EDGE sudah mendukung semua layanan yang ada pada 3G, namun secara teknologi tidak dimasukkan ke dalam kelas 3G. Dengan arti lain, EDGE adalah pembuka jalan untuk menyambut era 3G. Perlahan, dengan perubahan yang sangat signifikan namun tak terasa, dari era 2,5G kita bisa beralih ke 3G melalui EDGE.

EDGE merupakan standar untuk akses data nirkabel yang diimplementasikan pada jaringan GSM. Sama dengan GPRS, EDGE pun bisa berfungsi sebagai modem. Jika EDGE bisa menggantikan fungsi modem, apalagi dengan kecepatan yang tinggi pula, jangan heran jika nantinya modem dial-up bisa tak dilirik lagi. Sama pula dengan GPRS, EDGE bisa digunakan untuk men-download beragam aplikasi dari Internet, bahkan dalam ukuran yang lebih besar dan waktu lebih singkat. Bagaimana dengan tarif aksesnya? Yoseph menyampaikan bahwa saat ini, tarif untuk akses EDGE Telkomsel masih sama dengan tarif GPRS-nya.

Implementasi EDGE bisa dibilang lebih sederhana ketimbang 3G. Yang harus dilakukan oleh operator, seperti Telkomsel misalnya, adalah menambah beberapa BTS (Base Transceiver Station) serta membeli software untuk meng-upgrade jaringan.

Saat ini menurut Yoseph, daerah yang menjangkau layanan EDGE Telkomsel adalah mal-mal yang banyak menjual handset, misalnya ITC Cempaka Mas dan ITC Roxy Mas, dan beberapa hotel berbintang seperti Hotel Gran Melia dan beberapa hotel di kawasan Kuningan, Jakarta. “Sedangkan daerah luar Jakarta yang sudah dijajaki layanan EDGE baru daerah Surabaya saja”, ungkap Yoseph.

EDGE di Masa Depan

Melihat perkembangan CDMA yang bisa dibilang agak tersendat-sendat di negara kita, tak salah jika banyak orang beranggapan EDGE akan sulit berkembang di sini. Penggunaan EDGE memang hal yang masing asing bagi banyak orang. Banyak yang merasa cukup hanya memiliki sebuah ponsel GPRS. Toh dengan GPRS kita pun sudah bisa mengakses dunia online Internet.

Dari beberapa operator selular di Indonesia, baru Telkomsel lah yang menawarkan dukungan terhadap EDGE. Sedangkan Indosat sedang dalam tahap persiapan untuk meluncurkan teknologi canggih ini.

Ponsel-ponsel GSM yang masuk ke Indonesia pun baru beberapa yang mendukung teknologi ini, harganya pun bisa dibilang lumayan mahal. Contohnya adalah produk handset Nokia 6230, 6820, 7200, dan yang akan segera datang: Nokia 6630. Tapi seiring dengan kebutuhan akan akses kencang tanpa hambatan, sudah pasti bendera EDGE bakal berkibar –sama lebarnya dengan GPRS.

(Restituta Ajeng Arjanti, PCplus, September 2004)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home